- Home >
- biografi kapten muslihat
Posted by : riki
Minggu, 05 Maret 2017
Kapten Muslihat,
Jakarta - 26 Oktober adalah hari kelahiran Kapten Tubagus Muslihat. Namanya sangat terkenal di Kota Bogor, Jawa Barat. Namun tak banyak yang tahu tentang kisahnya yang gugur di usia muda saat berjuang untuk kemerdekaan.
Jalan Kapten Muslihat yang berada di dekat Taman Topi selalu ramai dilalui warga Bogor. Jalan utama penghubung Stasiun Bogor dengan Istana Bogor itu ternyata menyimpan sejarah panjang perjuangan rakyat Bogor menuju kemerdekaan. Nama jalan itu diambil dari nama pejuang Bogor yakni Kapten Tubagus Muslihat.
Dihimpun dari berbagai sumber dokumentasi museum Perjuangan Bogor, Senin (26/10/2015), kapten Muslihat lahir di Pandeglang 26 Oktober 1926. Ayahnya Tubagus Djuhanuddin adalah seorang kepala Sekolah Rakyat yang mendapat tugas di Bogor.
Muslihat pernah bekerja di Bosbouw Proefstation atau Balai Penelitian Kehutanan di Gunung Batu Bogor. Dia juga pernah bekerja di Rumah Sakit Kedung Halang Bogor menjadi juru rawat. Lalu pindah lagi ke jawatan kehutanan.
Saat itu Kota Bogor dikuasai tentara Jepang yang kemudian mendirikan pasukan PETA (Pembela Tanah Air). Muslihat ikut bergabung dalam PETA dan terpilih sebagai hudanco atau komandan seksi atau peleton.
Namun saat Kota Hiroshima dan Nagasaki dibom sekutu pada 14 Agustus 1945, tentara Jepang membubarkan PETA dan menyuruh anggota PETA yang ada di asrama untuk kembali ke kampungnya masing-masing. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945 Presiden Soekarno dan Wapres Hatta memproklamirkan kemerdekaaan Indonesia.
Tentara Jepang banyak yang kembali ke negaranya dan situasi ini membuat semangat rakyat mengusir penjajah semakin kuat. Kantor-kantor yang diduduki tentara Jepang berhasil direbut oleh pejuang dan beralih menjadi milik RI. Tak terkecuali TB Muslihat yang berjuang di Bogor dan dia diangkat menjadi Kapten dan ditugaskan sebagai komandan Kompi IV Batalion II Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Meski sudah merdeka, Indonesia belum sepenuhnya bebas dari para penjajah. Setelah Jepang lengser, datang tentara Inggris. Mereka berhasil menguasai tempat-tempat utama.
Di Bogor tentara Inggris mencoba merebut Istana yang waktu itu dijaga ketat oleh pemuda-pemuda Bogor. Mereka berhasil memasuki Istana Bogor dan memukul mundur para penjuang.
Tak tinggal diam dengan hal itu, tepat pada 6 Desember 1945 rakyat Bogor melakukan pemberontakan. Dengan mengenakan bambu runcing, golok, pedang dan persenjataan seadanya mereka menyerang markas-markas yang diduduki Inggris.
Suara tembakan dan pekikan "MERDEKA" terdengar di setiap pertempuran. Hingga akhirnya dua timah panas tentara Inggris membuat perjuangan Kapten Muslihat berakhir. Sang Kapten gugur di medan perang diusianya yang masih 19 tahun.
Kala itu 25 Desember 1945, Kapten Muslihat bersama dengan pasukannya melakukan penyerangan ke markas-markas yang diduduki tentara Inggris dan sekutu, salah satunya kantor polisi yang berada di Jalan Banten.
Kontak senjata pecah. Pasukan Inggris dan para pejuang saling tembak. Kapten Muslihat keluar dari tempat persembunyiannya untuk melakukan penyerangan terbuka. Dia menembaki para penjajah dan sebagian tentara Inggris tumbang.
Dalam baku tembak itu, timah panas musuh berhasil menembus perut Kapten Muslihat. Namun Sang Kapten tetap berdiri menembaki para penjajah. Timah panas kedua kembali menembus pinggang membuat Kapten Muslihat tumbang. Darah bercucuran dan mengalir membuat kaos putih yang dikenakan berubah menjadi merah.
Sang Kapten gugur di usia 19 tahun dan meninggalkan istri yang tengah mengandung. Jasa dan perjuangannya diabadikan menjadi nama Jalan utama di Bogor yakni Jalan Kapten Muslihat di dekat Taman Topi dan dibuat patung khusus yang menggambarkan heroiknya Sang Kapten saat berjuang. Patung itu terletak di Plaza Taman Topi dekat Stasiun Bogor.
Jalan Kapten Muslihat yang berada di dekat Taman Topi selalu ramai dilalui warga Bogor. Jalan utama penghubung Stasiun Bogor dengan Istana Bogor itu ternyata menyimpan sejarah panjang perjuangan rakyat Bogor menuju kemerdekaan. Nama jalan itu diambil dari nama pejuang Bogor yakni Kapten Tubagus Muslihat.
|
Muslihat pernah bekerja di Bosbouw Proefstation atau Balai Penelitian Kehutanan di Gunung Batu Bogor. Dia juga pernah bekerja di Rumah Sakit Kedung Halang Bogor menjadi juru rawat. Lalu pindah lagi ke jawatan kehutanan.
Saat itu Kota Bogor dikuasai tentara Jepang yang kemudian mendirikan pasukan PETA (Pembela Tanah Air). Muslihat ikut bergabung dalam PETA dan terpilih sebagai hudanco atau komandan seksi atau peleton.
Diorama perjuangan Kapten Muslihat (Wisnu Prasetiyo)
|
Namun saat Kota Hiroshima dan Nagasaki dibom sekutu pada 14 Agustus 1945, tentara Jepang membubarkan PETA dan menyuruh anggota PETA yang ada di asrama untuk kembali ke kampungnya masing-masing. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945 Presiden Soekarno dan Wapres Hatta memproklamirkan kemerdekaaan Indonesia.
Tentara Jepang banyak yang kembali ke negaranya dan situasi ini membuat semangat rakyat mengusir penjajah semakin kuat. Kantor-kantor yang diduduki tentara Jepang berhasil direbut oleh pejuang dan beralih menjadi milik RI. Tak terkecuali TB Muslihat yang berjuang di Bogor dan dia diangkat menjadi Kapten dan ditugaskan sebagai komandan Kompi IV Batalion II Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Meski sudah merdeka, Indonesia belum sepenuhnya bebas dari para penjajah. Setelah Jepang lengser, datang tentara Inggris. Mereka berhasil menguasai tempat-tempat utama.
Di Bogor tentara Inggris mencoba merebut Istana yang waktu itu dijaga ketat oleh pemuda-pemuda Bogor. Mereka berhasil memasuki Istana Bogor dan memukul mundur para penjuang.
Tak tinggal diam dengan hal itu, tepat pada 6 Desember 1945 rakyat Bogor melakukan pemberontakan. Dengan mengenakan bambu runcing, golok, pedang dan persenjataan seadanya mereka menyerang markas-markas yang diduduki Inggris.
Suara tembakan dan pekikan "MERDEKA" terdengar di setiap pertempuran. Hingga akhirnya dua timah panas tentara Inggris membuat perjuangan Kapten Muslihat berakhir. Sang Kapten gugur di medan perang diusianya yang masih 19 tahun.
Kala itu 25 Desember 1945, Kapten Muslihat bersama dengan pasukannya melakukan penyerangan ke markas-markas yang diduduki tentara Inggris dan sekutu, salah satunya kantor polisi yang berada di Jalan Banten.
Diorama perjuangan Kapten Muslihat (Wisnu Prasetiyo)
|
Kontak senjata pecah. Pasukan Inggris dan para pejuang saling tembak. Kapten Muslihat keluar dari tempat persembunyiannya untuk melakukan penyerangan terbuka. Dia menembaki para penjajah dan sebagian tentara Inggris tumbang.
Dalam baku tembak itu, timah panas musuh berhasil menembus perut Kapten Muslihat. Namun Sang Kapten tetap berdiri menembaki para penjajah. Timah panas kedua kembali menembus pinggang membuat Kapten Muslihat tumbang. Darah bercucuran dan mengalir membuat kaos putih yang dikenakan berubah menjadi merah.
Sang Kapten gugur di usia 19 tahun dan meninggalkan istri yang tengah mengandung. Jasa dan perjuangannya diabadikan menjadi nama Jalan utama di Bogor yakni Jalan Kapten Muslihat di dekat Taman Topi dan dibuat patung khusus yang menggambarkan heroiknya Sang Kapten saat berjuang. Patung itu terletak di Plaza Taman Topi dekat Stasiun Bogor.
Navigation